KIRIMKAN KEGIATAN DPRa. RW ATAUPUN RT ANTUM ke: pks.antapani@gmail.com ANA YAKIN BANYAK KEGIATAN YANG BISA JADI INSPIRASI DPRa, RW, DAN RT yang lain,
Minggu, 22 Februari 2009
Tunjukkan PKS mu!
Sudahkah di rumahmu ada benderanya? ada penawaran menarik dari DPRa. PKS Antapani wetan Kec. Antapani, khusus warga antapani wetan yang jatuh cinta sama PKS dan ingin di pasangi bendera di wilayahnya bisa menghubungi kang Yana,085 222 098 056 Koordinator RW 09. InsyaAllah TIM 8 akan meresponnya. Program ini terkait dengan serangan udara tahap III, yaitu pemasangan bendera besar sebagai simbol pengakuan bahwa "disini ada PKS"
Pemasangan bendera adalah rangkaian panjang dari agenda DPRa, selain banyak lagi kegiatan lainnya, yang waktunya beriringan ataupun berurut. Contohnya pada pagi tadi, setelah Acara temu kader yang dihadiri 26 orang, dan tamu khusus dari ketua DPC dan ketua Bapilunya yang berakhir saat waktu dhuhur, TIM 8 langsung berkumpul di "markas" untuk melanjutkan perjoeangannya, karena setelah 3 malam Allah menurunkan rahmatnya berupa hujan, sehingga tidak ada aktivitas pemasangan pada malam hari, maka setelah jam 13.00 siang tadi meskipun rintik hujan menemani, pemasangan dilakukan juga.
Aku baru melihat orang-orang yang punya semangat seperti ini, terus apa yang dia harapkan? uang pemasangan, biar jadi ketua DPRa, jadi ketua DPC, atau jadi caleg pada 2014 nanti, sama sekali bukan saudara-saudara. Ada semangat keikhlasan dalam bergerak bukan karena apa-apa dan bukan karena siapa-siapa, Semoga hanya Allah yang menggerakkan. Karena dari beberapa cerita mereka yang didapat dilapangan ada "kader" partai tetangga yang taripnya BESAR tiap bendera yang dipasangnya, bahkan ada yang diterima duitnya tapi tidak di pasang benderanya, sangat kontras kan?. Jadi kalau orientasinya materi saya yakin bukan disini tempatnya.
Dan siapakah TIM 8?, ini adalah kader-kader Anwet ibarat baterey baru yang baru di charge, yang tak kenal lelah mendandani tampilan pks wa bil khusus anwet. "Kita ini harus berkampanye layaknya partai besar akh, karena kita ingin jadi partai besar yang membawa perubahan besar dalam kehidupan bangsa Indonesia yang lebih baik akh" begitulah salah satu alasan dari kader itu.
“Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak turut berperang) yang tidak mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar. (yaitu) beberapa derajat daripada-Nya, ampunan serta rahmat. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. 95-96)
Semoga Ayat ini yang membuat kita bergerak, dan tidak membelokkan niat kita, dan Semoga Allah mencatat "jihad kecil" kita, Amiin.
Pemasangan bendera adalah rangkaian panjang dari agenda DPRa, selain banyak lagi kegiatan lainnya, yang waktunya beriringan ataupun berurut. Contohnya pada pagi tadi, setelah Acara temu kader yang dihadiri 26 orang, dan tamu khusus dari ketua DPC dan ketua Bapilunya yang berakhir saat waktu dhuhur, TIM 8 langsung berkumpul di "markas" untuk melanjutkan perjoeangannya, karena setelah 3 malam Allah menurunkan rahmatnya berupa hujan, sehingga tidak ada aktivitas pemasangan pada malam hari, maka setelah jam 13.00 siang tadi meskipun rintik hujan menemani, pemasangan dilakukan juga.
Aku baru melihat orang-orang yang punya semangat seperti ini, terus apa yang dia harapkan? uang pemasangan, biar jadi ketua DPRa, jadi ketua DPC, atau jadi caleg pada 2014 nanti, sama sekali bukan saudara-saudara. Ada semangat keikhlasan dalam bergerak bukan karena apa-apa dan bukan karena siapa-siapa, Semoga hanya Allah yang menggerakkan. Karena dari beberapa cerita mereka yang didapat dilapangan ada "kader" partai tetangga yang taripnya BESAR tiap bendera yang dipasangnya, bahkan ada yang diterima duitnya tapi tidak di pasang benderanya, sangat kontras kan?. Jadi kalau orientasinya materi saya yakin bukan disini tempatnya.
Dan siapakah TIM 8?, ini adalah kader-kader Anwet ibarat baterey baru yang baru di charge, yang tak kenal lelah mendandani tampilan pks wa bil khusus anwet. "Kita ini harus berkampanye layaknya partai besar akh, karena kita ingin jadi partai besar yang membawa perubahan besar dalam kehidupan bangsa Indonesia yang lebih baik akh" begitulah salah satu alasan dari kader itu.
“Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak turut berperang) yang tidak mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar. (yaitu) beberapa derajat daripada-Nya, ampunan serta rahmat. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. 95-96)
Semoga Ayat ini yang membuat kita bergerak, dan tidak membelokkan niat kita, dan Semoga Allah mencatat "jihad kecil" kita, Amiin.
Kamis, 19 Februari 2009
MABIT, Refresh your Life!

Sabtu,14 Februari 2009 di sore yang cerah dan matahari masih terang menyinari bumi antapani, tampak beberapa ikhwan sedang menyiapkan sebuah acara besar untuk menghadirkan hati-hati yang merindu Rab-Nya. Dari sebuah masjid di lingkungan perumahan antapani yang menanti senja, sudah melayang-layang SMS yang mengingatkan untuk memastikan bahwa informasi Malam Bina Iman dan Taqwa telah beredar di kalangan pecinta keadilan, juga cinta akan Tuhannya.
Di swalayan yang tidak jauh dari lokasi itu, juga berhias warna pink menghiasi berbagai sudutnya, tapi di sudut hati-hati para calon peserta mabit ini tidak kalah pink-nya.
Karena sejak lama agenda ini selalu ada, maka berbagai ceritapun jadu bumbunya,misalnya beberapa tahun yang lalu ketika MABIT di Jl. Antapani lama ketika sambutan, seorang tokoh menanyakan kapan ada TSABIT (Tsiang Bina Iman dan Taqwa).... :)...?
Malampun tiba, satu...dua...delapan mulai berdatangan kader ikhwan antapani menyambut seruan mabit yang kesekian kalinya digelar. Dari masjid Al- Iman, Ust. Tate Qomarudin menyampaikan pesan Rabbaninya di hadapan 32 orang peserta yang hadir.
"Perhitungan kita dalam dakwah ini hanya dengan Allah, bukan karena struktur atau ingin di apresiasi", "...karena perjuangan kita adalah sebuah peradaban besar, maka kita kita mewarisi berbagai masalah yang tidak kecil, maka dari itu janganlah antum mengambil posisi sebagai pengamat dakwah, karena sudah terlalu banyak...".
"Kita tanpa dakwah bukanlah apa-apa, tapi dakwah tanpa kita tidaklah mengapa, karena akan ada orang-orang yang siap memikulnya, Jalannya panjang dan tidak ada jalan lain untuk melaluinya selain dengan pembinaan, mengajak adalah sifatnya dan kita disini adalah dalam rangka melalui pembinaan-pembinaan itu."
Diperlukan keyakinan kuat untuk mengarungi jalan ini, karena ciri orang yang tidak yakin adalah mudah kaget, panik bila ada masalah, dan kita haruslah hati-hati dengan fitnah teknologi.
Karena ada ruang seni yang harus diisi dengan keindahan, maka keteladanan adalah kunci dalam berperilaku, karena kita dilihat dari berbagai sisi. Ada teori jendela pecah yang terkenal pada sebuah wilayah, karena sering terjadi perilaku kejahatan di daerah tersebut maka dilakukanlah sebuah penelitian, ternyata hasilnya penjahat atau pencuri menandai perilaku penghuninya dari perilaku dan kepeduliannya, dan ternyata dari hal kecil pecahnya jendela rumahnya bisa dijadikan indikasi untuk mengenali penghuninya, (...silahkan terjemahkan sendiri maksudnya)
Menang dan Hanya Menang

ikhwah fillah,
ketika kita sedang menaiki puncak kinerja (peak performance) perjuangan memenangkan da'wah kita dalam pemilu 9 april 2009, ribuan saudara-saudara kita jatuh berguguran sebagai syuhada di gaza.
rasanya perjuangan memenangkan da'wah dalam pemilu 2009 takkan pernah seberat perjuangan saudara-saudara kita di palestina.
lawan mereka adalah negara-negara adidaya. lawan kita hanya partai-partai politik.
mereka dihujani rudal dan bom, kita hanya dihadang hujan air atau serbuan atribut lawan. mereka berdarah-darah, kita hanya berkeringat.
mari kita menatap pemilu 2009 ini dengan tatapan mata anak-anak palestina,
dengan air mata wanita-wanita palestina,
dengan kepalan tangan mujahidin palestina.
agar aura perlawanan mereka juga mengalir dalam semangat pemenangan da'wah kita disini.
agar tekad penaklukan mereka juga merasuk dalam darah pemenangan kita disini.
jika dengan semangat jihad ini kita melangkah menuju pemilu 9 april 2009,
maka hanya ada satu berita terakhir yang akan kita dengar : menang, dan hanya menang!
kemenangan da'wah kita ada ditangan antum semua.
kemenangan da'wah kita disini adalah langkah besar yang kita perlukan untuk bisa lebih leluasa membantu saudara-saudara kita di palestina.
pastikan antum semua terlibat.
pastikan antum semua berpartisipasi.
pastikan antum semua berkontribusi.
semoga allah swt memberkati jihad antum semua dengan memenangkan da'wah kita dalam pemilu 9 april 2009
jakarta, 5 januari 2009
h.m. anis matta, lc
(8-pks.blogspot.com)
Rabu, 11 Februari 2009
Jubah Partai, Bisakah di Lepas?
SALAH seorang wartawan bertanya pada Ahmadinejad, "Saat anda bercermin di pagi hari, apa yang anda katakan pada diri anda?" Ahmadinejad menjawab, "Saya melihat seseorang di cermin dan berkata padanya , "Ingatlah, anda tidak lebih dari seorang pelayan kecil. Di depanmu hari ini ada tanggung jawab besar dan itu adalah melayani rakyat dan bangsa ini".
Itulah sosok Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad. Sosok pemimpin sederhana yang sulit ditemukan di zaman serba materialistis dan hedonistis ini. Mungkinkah mencari Presiden yang tak berniat pindah dari rumahnya Timur ke rumah dinas kepresidenan. Sebuah rumah batu di ujung lorong kawasan Teheran yang dinding luarnya belum diplester. Mungkin ada, tapi ibarat mencari jarum di antara tumpukan jerami.
Melayani rakyat itulah yang menjadi tujuan utama Ahmadinejad, yang juga seharusnya menjadi tujuan utama pejabat di manapun, termasuk di negeri kita. Darimanapun dia berasal, partai apapun yang menjadi sebab dia menjadi pejabat, tetap saja melayani rakyat yang menjadi tujuan utama. Karena sesungguhnya apabila seseorang menjadi pejabat, dia bukan lagi pelayan atau milik partai, tapi menjadi khadimul ummah, pelayan rakyat.
Tapi di negeri ini, pejabat yang berangkat dari latar belakang partai atau terkait partai tertentu sulit untuk berlaku begitu. Embel-embel partai selalu melekat pada dirinya. Pejabat dari partai inilah, pejabat asal partai itulah. Begitu yang selalu disebut. Seolah jubah partai itu tidak bisa ditanggalkan.
Tengoklah minggu-minggu belakangan ini. Di koran-koran, iklan Partai Demokrat selalu menonjolkan sosok Susilo Bambang Yudhoyono. Seolah Partai Demokrat tidak percaya diri jika tidak menyertakan gambar sang pendiri. Walaupun SBY berusaha seketat mungkin memisahkan urusan partai dan urusan negara, tetap saja partai akan membawa nama SBY dalam setiap aktivitasnya untuk meraup simpati rakyat.
Itulah sebenarnya urgensi pejabat yang berlatar belakang partai untuk melepas jubah partai adalah menghindari terjadinya benturan kepentingan apabila jabatan kepartaian itu masih dipegang.
Dan yang utama, agar tidak ada pihak yang memanfaatkan. Seperti kejadian yang menimpa Dede Yusuf, wakil gubernur Jabar. Dede tak bisa memisahkan secara ketat kegiatan kedinasan wagub dan kegiatan partai. Dalam beberapa kegiatan kedinasan, Dede selalu membawa, atau diboncengi, kader partai asalnya, PAN. Kalau kemudian Dede tersandung dugaan penyalahgunaan wewenang seperti yang ditudingkan Panwaslu Jabar, itu adalah risiko yang harus ditanggung Dede karena masih belum mampu melepas jubah partai dan membawa nama partai dalam acara kedinasan pemerintahan.
Apakah memang sulit melepaskan jaket partai saat seseorang menjadi pejabat pemerintah? Rasanya tidak. Nurmahmudi Ismail dan Hidayat Nurwahid sudah mencontohkannya. Sebelum menjadi menteri, Nuhmahmudi adalah Presiden Partai Keadilan. Begitu juga Hidayat Nurwahid, sebelum menjadi Ketua MPR RI, dia adalah sosok puncak di Partai Keadilan Sejahtera.
Kalau mau fokus melayani rakyat, lepaslah seluruh atribut partai, dan jadilah pelayan seluruh rakyat. Berkhidmat pada rakyat menjadi napas dalam setiap langkah seorang pejabat, seorang pemimpin, agar masyarakat terayomi dan merasakan benar sentuhan tangan seorang pemimpin.(*)
Sorot,
(dikutip dari Harian Pagi Tribun Jabar edisi Selasa 21 Oktober 2008)
Itulah sosok Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad. Sosok pemimpin sederhana yang sulit ditemukan di zaman serba materialistis dan hedonistis ini. Mungkinkah mencari Presiden yang tak berniat pindah dari rumahnya Timur ke rumah dinas kepresidenan. Sebuah rumah batu di ujung lorong kawasan Teheran yang dinding luarnya belum diplester. Mungkin ada, tapi ibarat mencari jarum di antara tumpukan jerami.
Melayani rakyat itulah yang menjadi tujuan utama Ahmadinejad, yang juga seharusnya menjadi tujuan utama pejabat di manapun, termasuk di negeri kita. Darimanapun dia berasal, partai apapun yang menjadi sebab dia menjadi pejabat, tetap saja melayani rakyat yang menjadi tujuan utama. Karena sesungguhnya apabila seseorang menjadi pejabat, dia bukan lagi pelayan atau milik partai, tapi menjadi khadimul ummah, pelayan rakyat.
Tapi di negeri ini, pejabat yang berangkat dari latar belakang partai atau terkait partai tertentu sulit untuk berlaku begitu. Embel-embel partai selalu melekat pada dirinya. Pejabat dari partai inilah, pejabat asal partai itulah. Begitu yang selalu disebut. Seolah jubah partai itu tidak bisa ditanggalkan.
Tengoklah minggu-minggu belakangan ini. Di koran-koran, iklan Partai Demokrat selalu menonjolkan sosok Susilo Bambang Yudhoyono. Seolah Partai Demokrat tidak percaya diri jika tidak menyertakan gambar sang pendiri. Walaupun SBY berusaha seketat mungkin memisahkan urusan partai dan urusan negara, tetap saja partai akan membawa nama SBY dalam setiap aktivitasnya untuk meraup simpati rakyat.
Itulah sebenarnya urgensi pejabat yang berlatar belakang partai untuk melepas jubah partai adalah menghindari terjadinya benturan kepentingan apabila jabatan kepartaian itu masih dipegang.
Dan yang utama, agar tidak ada pihak yang memanfaatkan. Seperti kejadian yang menimpa Dede Yusuf, wakil gubernur Jabar. Dede tak bisa memisahkan secara ketat kegiatan kedinasan wagub dan kegiatan partai. Dalam beberapa kegiatan kedinasan, Dede selalu membawa, atau diboncengi, kader partai asalnya, PAN. Kalau kemudian Dede tersandung dugaan penyalahgunaan wewenang seperti yang ditudingkan Panwaslu Jabar, itu adalah risiko yang harus ditanggung Dede karena masih belum mampu melepas jubah partai dan membawa nama partai dalam acara kedinasan pemerintahan.
Apakah memang sulit melepaskan jaket partai saat seseorang menjadi pejabat pemerintah? Rasanya tidak. Nurmahmudi Ismail dan Hidayat Nurwahid sudah mencontohkannya. Sebelum menjadi menteri, Nuhmahmudi adalah Presiden Partai Keadilan. Begitu juga Hidayat Nurwahid, sebelum menjadi Ketua MPR RI, dia adalah sosok puncak di Partai Keadilan Sejahtera.
Kalau mau fokus melayani rakyat, lepaslah seluruh atribut partai, dan jadilah pelayan seluruh rakyat. Berkhidmat pada rakyat menjadi napas dalam setiap langkah seorang pejabat, seorang pemimpin, agar masyarakat terayomi dan merasakan benar sentuhan tangan seorang pemimpin.(*)
Sorot,
(dikutip dari Harian Pagi Tribun Jabar edisi Selasa 21 Oktober 2008)
Senin, 09 Februari 2009
Selasa, 03 Februari 2009
Partey Kedah Sepirit

Keureeeen,...Jadilah Inspirasi untuk dunia,...Kejar mimpi, raih prestasi,...Jadilah teladan yang benar, ...Hari ini lebih baik bari sebelumnya,...Gue bangeeet,...Maju terus, pantang mundur. Begitulah sebagian pesan yang di tulis pada daftar hadir pada acara Training Kader Terpadu DPC PKS ANTAPANI pada hari Ahad, 1 Februari yang lalu, terlihat antusiasme kader Antapani yang makin hari terlihat semangatnya untuk menyambut seruan kegiatan-kegiatan yang di selenggarakan oleh DPC,
Acara semakin seru ketika Kang Gugun dari Departemen Diklat DPD PKS Kota Bandung menyampaikan materi training DS nya. Banyak pencerahan yang bisa di dapat dari sesi training ini, semua permasalahan DS di bahas, hampir semua pertanyaan dan kendala yang terjadi di lapangan selama ini di kupas disini. Ada 2 alasan mengapa orang memilih PKS, 1. karena klik dengan PKS nya (produknya) dan 2. karena klik dengan orangnya.
TEKAD KAMI...

Bertempat di gedung IPHI Kota bandung Jl. Purwakarta, Antapani pada hari Ahad, 1 Februari 2009, DPC PKS ANTAPANI kembali menggelar Training Kader Terpadu. Diikuti oleh 77 orang kader dari 4 DPRa. Hadir sebagai Pembicara adalah Ketua DPD PKS Kota Bandung Haru Suandharu, S.Si, M.Si.
Dalam Pesannya Pak Haru menyampaikan 3 hal yang harus dijadikan bekal dalam melangkah melayani masyarakat.
Yang pertama adalah Bangun Keikhlasan, ini merupakan kunci keberhasilan dakwah. Kalau kita beramal hanya karena Allah dan bukan karena apa dan siapa InsyaAllah cukup.
Kedua adalah Bangun Kapasitas, Antapani adalah Ummul Quronya Kota Bandung, Antum harus bisa menjadi Inspirator bagi peradaban ini, menunggu bukanlah solusi, karena tidak ada pahlawan yang hanya berdiam diri.
Selanjutnya yang ketiga adalah bangun Sinergisitas, Antapani bisa menjadi leader bukan hanya di kota bandung, tapi jawa barat bahkan Indonesia.Syaratnya adalah bangun silaturrahim lebih banyak dengan tetangga, kerabat, dan semua masyarakat.
Selesai Taujih acara dilanjutken dengan senam PKS yang di pandu oleh kang Jemy, dan ada pemandangan aneh ketika memasuki acara senam ini, terlihat kontras mana kader yang suka olah raga dan tidak dari gerakan senamnya tapi itulah dinamika kader Antapani. Nasi Kuning + Cilok Party adalah kelanjutan dari rangkaian TEKAD PKS Antapani, sebelum memasuki Pelatihan DS.
Langganan:
Postingan (Atom)